Minggu, 08 Mei 2016

Penyebab Kemunduran Manajemen Toshiba dalam Menghadapi Persaingan Bisnis

Toshiba
Toshiba adalah perusahaan Jepang yang memproduksi dan memasarkan berbagai peralatan listrik dan produk elektronik yang canggih, yang berkantor pusat di Tokyo, Jepang. Pada awal nya perusahaan toshiba ekspansi ke Negara China. Toshiba dinilai sebagai perusahaan no 7 dunia untuk produsen terintegrasi untuk peralatan listrik, elektronik dan sebagai pembuat chip. Toshiba Semikonduktor termasuk 20 besar pemimpin penjualan semikonduktor di dunia.
Toshiba dibentuk pada tahun 1939, merupakan hasil merger dari dua perusahaan. Tokyo Denki adalah perusahaan yang bergerak dibidang consumer goods dan perusahaan mesin Shibaura Seisakusho. Mengambil beberapa huruf didepan dari masing-masing perusahaan “TO” dan “SHIBa” maka lahirlah merek Toshiba. Pada tahun 1984 perusahaan itu resmi berubah menjadi Toshiba Corporation. Grup ini makin kuat melalui pertumbuhan internal dan melalui akuisisi perusahaan rekayasa alat berat dan perusahaan industri primer pada 1940-an dan 1950-an. Kemudian pada 1970-an dan seterusnya, anak perusahaan mulai didirikan, yaitu: grup Toshiba Lighting & Teknologi (1989), Toshiba Carrier Corporation (1999), Toshiba Elevator & Building System Corp (2001), Toshiba Solutions Corp (2003), Toshiba Medical Systems Corp (2003) dan Toshiba Materials Co Ltd (2003).
Toshiba Corporation adalah salah satu perusahaan diversifikasi produsen dan pemasar produk digital, perangkat elektronik dan komponen, sistem infrastruktur sosial dan Home appliances. Sebagai pendiri dan inovator terkemuka dalam komputasi portabel dan produk-produk jaringan, Toshiba mulai memasarkan notebook, PC, dan PC server untuk rumah, kantor dan pengguna mobile. Toshiba Qosmio Notebook PC memimpin jalan dalam konvergensi komputasi dan kemampuan, menawarkan konsumen yang lengkap solusi hiburan pribadi. Sementara itu, seri “Tipis dan Ringan” membawa tingkat mobilitas tinggi dan daya tahan untuk notebook PC untuk penggunaan bisnis di era ini.
Toshiba memproduksi semua jenis laptop, dari model Libretto yang lucu dan ultra portabel sampai model multimedia Qosmio keren. Laptop Toshiba juga populer di Amerika dan Eropa. Apakah pengguna mencari pengganti desktop, laptop untuk mahasiswa atau laptop untuk game, akan ada sesuatu yang cocok bagi mereka di antara rangkaian yang tak terhitung jumlahnya seperti notebook Toshiba Libretto, Portege, Qosmio, Satellite dan Portege
Ø  Kekuatan persaingan yang ada pada produk-produk dari Toshiba
1.       Merek nomor 1 di Indo, jadi harga jual lumayan, barangnya gampang dicari, servis dan spare parts lebih gampang.
2.      LCD nya great (maybe not the best but great)
3.      Desain dan konstruksinya lumayan kuat/kokoh, dibeberapa seri bahkan ada pelindung hdd, jadi jatuh gak merusak hdd.
Ø  Kekurangan persaingan yang ada pada produk-produk dari Toshiba
1.       Harganya lumayan mahal
2.      Desain nya rata-rata kuno dan kaku, tidak up to date.
3.      Di Toshibanya rata-rata gak ada CD drivernya untuk yang gak + paketan Windows jadi harus download sana sini, untuk yang sudah ada Windowsnya harus back-up dulu Recoverynya kedalam keping DVD, jadi kalau terjadi hal yang tidak di inginkan tidak bingung waktu instal ulangnya.
Akan tetapi belakangan ini Toshiba, dikabarkan melakukan pengurangan tenaga kerjanya. Kabarnya pengurangan tenaga kerja ini sebagai dampak dari penutupan pabrik di Indonesia.
Manager HRD PT Toshiba Consumer Products Indonesia, Uis Al-Qarni membenarkan hal tersebut. Dia mengatakan soal pengurangan tenaga kerja ini sebenarnya sudah diumumkan sejak akhir tahun lalu. Sekitar 40 persen dari 900 pekerja (hasil sementara), dari lini televisi dan mesin cuci.
Namun demikian, Uis mengatakan pabrik televisi dan mesin cuci akan tetap ada. Lantaran, pabrik tersebut akan diakuisisi oleh perusahaan asal Hongkong, Skywards. Sehingga kepemilikannya akan beralih dari Toshiba ke Skywards. Namun menurut Uis tidak semua pekerja akan diberhentikan. Uis menyatakan, proses pengurangan tenaga kerja saat ini masih berlangsung. Kini tengah ada perundingan antara pihak manajemen dan pekerja. Namun dia memastikan saat ini semua karyawan masih bekerja secara normal.
Berikut beberapa penyebab-penyebab lain yang menyebabkan hal tersebut terjadi :
1.     Harmony Culture Error
Dalam era digital seperti saat ini, kecepatan adalah kunci. Speed in decision making. Speed in product development. Speed in product launch. Dan persis di titik vital ini, perusahaan Jepang termehek-mehek lantaran budaya mereka yang mengangungkan harmoni dan konsensus.
Datanglah ke perusahaan Jepang, dan Anda pasti akan melihat kultur kerja yang sangat mementingkan konsensus. Top manajemen Jepang bisa rapat berminggu-minggu sekedar untuk menemukan konsensus mengenai produk apa yang akan diluncurkan. Dan begitu rapat mereka selesai, Samsung atau LG sudah keluar dengan produk baru, dan para senior manajer Jepang itu hanya bisa melongo.
Budaya yang mementingkan konsensus membuat perusahaan-perusahaan Jepang lamban mengambil keputusan (dan dalam era digital ini artinya tragedi).Budaya yang menjaga harmoni juga membuat ide-ide kreatif yang radikal nyaris tidak pernah bisa mekar. Sebab mereka keburu mati : dijadikan tumbal demi menjaga “keindahan budaya harmoni”.

2.    Seniority Error
Dalam era digital, inovasi adalah oksigen. Inovasi adalah nafas yang terus mengalir. Sayangnya, budaya inovasi ini tidak kompatibel dengan budaya kerja yang mementingkan senioritas serta budaya sungkan pada atasan.Sialnya, nyaris semua perusahaan-perusahaan Jepang memelihara budaya senioritas. Datanglah ke perusahaan Jepang, dan hampir pasti Anda tidak akan menemukan Senior Managers dalam usia 30-an tahun. Never. Istilah Rising Stars dan Young Creative Guy adalah keanehan.
Promosi di hampir semua perusahaan Jepang menggunakan metode urut kacang. Yang tua pasti didahulukan, no matter what. Dan ini dia : di perusahaan Jepang, loyalitas pasti akan sampai pensiun. Jadi terus bekerja di satu tempat sampai pensiun adalah kelaziman.Lalu apa artinya semua itu bagi inovasi ? Kematian dini. Ya, dalam budaya senioritas dan loyalitas permanen, benih-benih inovasi akan mudah layu, dan kemudian semaput. Masuk ICU lalu mati.



3.    Old Nation Error
Faktor terakhir ini mungkin ada kaitannya dengan faktor kedua. Dan juga dengan aspek demografi. Jepang adalah negeri yang menua. Maksudnya, lebih dari separo penduduk Jepang berusia diatas 50 tahun. Implikasinya : mayoritas Senior Manager di beragam perusahaan Jepang masuk dalam kategori itu. Kategori karyawan yang sudah menua.
Disini hukum alam berlaku. Karyawan yang sudah menua, dan bertahun-tahun bekerja pada lingkungan yang sama, biasanya kurang peka dengan perubahan yang berlangsung cepat. Ada comfort zone yang bersemayam dalam raga manajer-manajer senior dan tua itu. Dan sekali lagi, apa artinya itu bagi nafas inovasi? Sama : nafas inovasi akan selalu berjalan dengan tersengal-sengal.



Berikut analisis dari kegagalan dan kemunduran perusahaan Toshiba dengan menggunakan Failur Mode and Effect Analysis






Berikut analisis dari kegagalan dan kemunduran perusahaan Toshiba dengan menggunakan Fishbone Diagram